Skip to main content

PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYA


 PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYA

SIFAT DAN CONTOH PIUTANG

Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.
Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain:

  • Piutang usaha.
  • Wesel tagih.
  • Piutang pegawai.
  • Piutang bunga.
  • Uang muka.
  • Uang jaminan (Refundable deposit)
  • Piutang lain-lain.
  • Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).


Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda.
Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG

Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang.

Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable).

Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dineraca sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK ETAP.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.

Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan subtantive test bisa dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah:
Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery order (surat pengiriman barang), credit memo, official receipt (kwitansi).
Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate (dimutakhirkan).

Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang)
Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar.
Setiap akhir bulan dikirim monthly statement of account kepada masing-masing pelanggan
Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (intact) paling lambat keesokan harinya.
Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.

Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang.
Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang mempunyai utang.
Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan fatur penjualan.
Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya allowance for bad debt.
Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu jumlah yang diperikarakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup. Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan dengan mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah pernah dibuat penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang (jika belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan piutang.
Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena:
Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu kecil (understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba rugi terlalu kecil (understated).
Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.
Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontoan wesel tagih.
Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal neraca harus diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank.
Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan:
Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.
Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban.
Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/ notes receivable discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 124,129):
Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih. Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan antara lain pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai.
Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat aset, maka estimasi harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, tergantung dengan pembatasan yang dijelaskan dalam paragraf berikut.
Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai.
Kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat diatribusikan pada pemulihan kerugian penurunan nilai aset tidak boleh melebihi jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih dari amortisasi atau penyusutan) tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode lalu.
Selain itu penulis berpendapat bahwa piutang pegawai, piutang direksi, pemegang saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.

PROSEDUR PEMERIKSAAN (AUDIT PROCEDURES) PIUTANG USAHA YANG DISARANKAN

Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang per tanggal neraca.
Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collectionsnya.
Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
Kirimkan konfirmasi piutang:
Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi.
Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya.
Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Test sales cut-off dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tahu alasannya.
Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
Periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
Penjelasan Prosedur Audit:
Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Karena hasil dari evaluasi internal control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif atau tidak.
Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control berjalan efektif, berarti luasnya pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan saldo penjualan untuk periode yang diperiksa bisa dipersempit. Jika internal control baik atau berjalan efektif, berarti kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil dan jika kesalahan terjadi akan bisa segera ditemukan oleh pihak perusahaan.
Untuk mempelajari internal control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal control questionnaires. Kemudian hasil tanya jawab digambarkan lebih lanjut dalam flow chart dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narrative). Berdasarkan jawaban ICQ, flow chart dan penjelasan narrative (jika ada), auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah internal control perusahaan baik, sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus melakukan compliance test atau test of recorded transactions, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak.
Yang diambil sebagai sampel biasanya sales invoice atau delivery order.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena jika auditor tetap melakukan compliance test, kesimpulan akhir pasti menyatakan bahwa internal control lemah. Setelah melakukan compliance test, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah intermal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru auditor melakukan substantive test.
Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaannya.
Contoh internal control questionnaires untuk penjualan dan piutang bisa dilihat di Exhibit 10-1.
Hasil tanya jawab dengan klien mengenai prosedur penjualan dan piutang usaha didokumentasikan oleh auditor dalam bentuk narrative yang contohnya bisa dilihat berikut ini, dan flow chart yang bisa dilihat di Exhibit 10-2.
Garis besar sistem dan prosedur penjualan dan pencatatan piutang usaha pada PT. Reniku:
Pesanan dari pelanggan (Purchase Order) didapat melalui penjual/salesman serta melalui faksimile yang masuk.
Berdasarkan order pembelian tersebut. Manajer Penjualan membuat Sales Contract (SC) rangkap 2 (dua), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 untuk pelanggan
Lembar ke-2 untuk arsip.
Setelah SC disetujui pelanggan maka lembar ke-2 dikirim ke bagian administrasi penjualan.
Berdasarkankan SC tersebut, dibuat Surat Instruksi Pengiriman (SIP) rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang akan didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 untuk kepala gudang.
Lembar ke-2 untuk manajer keuangan.
Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi.
Lembar ke-4 untuk arsip.
Kemudian keempat surat instruksi pengiriman tersebut dimintakan persetujuan dari Manajer Penjualan.
Kepala Gudang menerima SIP lembar ke-1 yang telah disetujui, kemudian membuat Surat Jalan (SJ) rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 untuk pelanggan.
Lembar ke-2 untuk manajer keuangan.
Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi.
Lembar ke-4 untuk arsip.
Berdasarkan SIP lembar ke-1 dan SJ tersebut, petugas gudang mengeluarkan barang dan kepala gudang mencatat pada kartu gudang.
Petugas pengiriman lalu mengirimkan barang beserta keempat lembar surat jalannya.
Petugas pengiriman membawa kembali lembar ke-2, 3 dan 4 surat jalan yang telah dicap dan ditandatangani pembeli.
Lembar ke-3 diserahkan ke bagian akuntansi untuk nantinya dicocokkan dengan faktur dan berdasarkan SJ ke-3 dan SIP ke-3 dicatat dalam kartu persediaan, kartu piutang dan buku penjualan, sedangkan lembar ke-2 bersama-sama dengan faktur akan dikirim ke pembeli untuk penagihan.
Berdasarkan lembar ke-3 surat jalan yang kembali, bagian administrasi keuangan membuat faktur penagihan dalam rangkap 3 (tiga), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut:
Lembar ke-1 untuk pelanggan.
Lembar ke-2 untuk manajer akuntansi.
Lembar ke-3 untuk arsip.
Semua formulir yang digunakan dalam prosedur penjualan dan piutang usaha usaha PT. Reniku sebelumnya telah diberi nomor urut tercetak. Nomor urut itu sendiri digunakan untuk mengawasi pemakaian formulir. Penggunaan nomor urut tercetak pada formulir seperti Surat Kontrak, Surat Instruksi Pengiriman, Surat Jalan dan Faktur Penjualan merupakan elemen pengawasan terhadap transaksi yang bersangkutan dengan formulir tersebut. Berdasarkan penjelasan narrative, flow chart dan jawaban internal control questionnaires atas sistem dan prosedur penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas pada PT. Reniku, bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa pengendalian intern atas penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas cukup baik dan tidak diindentifikasikan suatu risiko kesalahan yang material. Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test (penguijan ketaatan), namun sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaat sebagai berikut:
Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penerimaan order dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur, pencatatan piutang usaha dan penagiha piutang.
Ambil sampel surat jalan (Delivery Order)
Periksa apakah surat jalan bernomor urut tercetak.
Periksa apakah surat jalan tersebut sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang dan telah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang telah dikirimkan.
Ambil sampel faktur penjualan (Sales Invoice)
Periksa apakah faktur penjualan bernomor urut tercetak.
Periksa kelengkapan dokumen pendukungnya (Sales Order, Delivery Order) dan bandingkan apakah jumlah dalam faktur penjualan sesuai dengan jumlah dokumen pendukung.
Periksa perhitungan matematis dari faktur penjualan dan dokumen pendukung.
Periksa apakah harga jual, syarat penjualan dan potongan yang tercantum dalam faktur penjualan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Periksa apakah penjualan kredit yang terjadi telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
Telusuri pencatatan faktur penjualan kedalam buku penjualan dan kartu piutang.
Contoh kertas kerja pemeriksaan untuk pengujian transaksi penjualan dan pencatatan piutang bisa dilihat di Exhibit 10-3. Dari pengujian ketaatan yang dilakukan atas transaksi penjualan dan pencatatan piutang, disimpulkan bahwa pengendalian intern atas transaksi penjualan dan piutang berjalan efektif.
2&3. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincian-rincian dari piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi, piutang direksi, piutang pemegang saham dan piutang lain-lain. Rincian-rincian yang berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan tuliskan PBC (prepared by client).
Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan keuangan, bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.
Analisis umur piutang usaha (aging schedule piutang), seperti yang terlihat di Exhibit 10-5, harus menunjukkan: nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang usaha (belum jatuh tempo, 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari, > 120 hari) dan kalau bisa penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent collections). Perlu dijelaskan pada klien bahwa yang dicantumkan di kolom subsequent collections haruslah penagihan dari piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), jangan tercampur dengan penagihan dari piutang usaha yang berasal dari penjualan setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Untuk rincian piutang pegawai, piutang direksi, piutang pemegang saham harus dijelas kan apakah dikenakan bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya. Contoh supporting schedule piutang direksi bisa dilihat di Exhibit 10-9.
Periksa mathematical accuracynya dan check invidual balance ke sub ledgerlalu totalnya A ke general ledger.
Auditor harus mencheck penjumlahan (footing dan crossfooting) dan rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau pegawai harus dicocokkan dengan saldo menurut sub ledger piutang usaha, lalu total dari masing-masing rincian dicocokkan dengan saldo general ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kesalahan penjumlahan, beritahu kepada klien dan minta mereka memperbaikinya. Bukan tugas auditor untuk memperbaiki rincian-rincian tersebut.

Test check umur piutang usaha dari beberapa customer ke subledger piutang usaha dan sales invoice.
Pengecekan umur piutang usaha merupakan prosedur audit yang penting karena akan memengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang usaha tak tertagih. Prinsipnya adalah bahwa semakin tua umur piutang usaha, semakin besar kemungkinan piutang usaha tersebut tak tertagih. Karena itu auditor harus yakin bahwa tidak terjadi pergeseran umur piutang usaha.
Pengecekan umur piutang usaha dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah tanggal faktur penjualan dicatat dengan benar di subledger tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur dengan tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (term of credit) yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing invoice. Untuk pelanggan lama biasanya diberikan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan untuk pelanggan baru.

Kirimkan konfirmasi piutang usaha.
Konfirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang pelanggan tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal laporan posisi keuangan [neraca]).
Pelanggan diminta menandatangani surat tersebut dan mengembalikan langsung ke KAP dengan menggunakan amplop yang sudah dibubuhi perangko dan mencantumkan alamat KAP. Surat konfirmasi tersebut harus dikirim oleh KAP, untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau tidak dikirim oleh klien.
Surat konfirmasi terdiri atas dua bagian:
bagian atas yang merupakan surat pengantar
bagian bawah yang akan dikembalikan langsung ke KAP setelah ditandatani oleh pelanggan. Jika setelah satu bulan konfirmasi positif belum dijawab, auditor harus mengirim surat konfirmasi yang kedua. Dari jawaban konfirmasi piutang usaha kadang-kadang auditor bisa menemukan adanya lapping.
b. Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfirmasi piutang usaha harus dijelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan.
Pemilihan  bisa menggunakan statistical sampling atau random/judgement sampling, misalnya: pilih pelanggan dengan saldo ≥ Rp10.000.000 ditambah dengan 5 pelanggan dengan saldo < Rp10.000.000. Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan nomor tersebut dicantumkan juga di kertas kerja, sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali (hanya bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk Perkiraan apa. Misalnya: ART-OO7/REN berarti klien: PT RENIKU, Konfirmasi Piutang Usaha (Accounts Receivable Trade), pelanggan PT Ramona (No. 07).
c. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatife. Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya cocok maupun tidak cocok. Pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan tidak menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok.
Konfirmasi positif digunakan daiam keadaan:
saldo piutang per pelanggan relatif besar.
jumlah pelanggan sedikit.
pengendalian intern piutang (agak) lemah.
Konfirmasi negatif digunakan daiam keadaan:
saldo piutang per pelanggan relatif kecil.
jumlah pelanggan (cukup) banyak.
pengendalian intem piutang (cukup) kuat.
Contoh konfirmasi positif bisa dilihat di Exhibit 10-7 dan 10-8.
d. Jawaban konfirmasi bisa digolongkan daiam beberapa bentuk:
Confirmed Balance (CB), berarti saldo menurut pelanggan cocok dengan surat konfirmasi.
Reporting Difference (RD), berarti saldo menurut pelanggan berbeda dengan surat konfirmasi. Jika saldonya berbeda, auditor harus memberitahukan kIien dan meminta mereka untuk mencari tahu alasan perbedaannya. Perbedaan tersebut mungkin bisa direkonsiliasi sehingga bisa diketahui saldo mana yang benar, mungkin juga tidak bisa direkonsiiiasi.
 Dikembalikan oieh Kantor Pos (Returned by Post Office-RPO).
Tidak dijawab (No Reply-NR).

e. Buat ikhtisar (summary) dari jawaban hasil konfirmasi piutang.
Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kewajaran saldo piutang.
Contoh ikhtisar Hasil Konfirmasi Piutang bisa dilihat di Exhibit 10-6.

7. Periksa subsequent collections.
Caranya: periksa buku penerimaan kas/bank bulan Januari sampai dengan mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/banu dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit di periode yang diaudit (saldo piutang per tanggal neraca). Kemudian periksa kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya.
8.periksa apakah ada pendiskontoan wesel tagih.
Caranya:
tanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut.
periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih, periksa bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih.
lihat jawaban konfirmasi bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan wesel tagih.
Contoh transaksi pendiskontoan wesel tagih:
PT A menerima wesel dari PT B untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit ke PT B. Sebelum wesel tagih jatuh tempo, PT A mendiskontokan wesel tersebut ke Bank XYZ karena PT A membutuhkan dana. Pada tanggal jatuh tempo wesel, PT B harus melunasi wesel tersebut berikut bunganya kepada Bank XYZ. Jika PT B tidak sanggup melunasinya, maka PT A yang harus melunasi kepada Bank XYZ, lalu PT A akan mencatat adanya piutang ke PT B sebesar nilai nominal wesel ditambah bunga wesel dan protest fee. Jika tanggal jatuh tempo wesel sesudah tanggal neraca (misalkan 15 April 201 1) maka per 31 Desember 2010, PT A harus melaporkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih, di neracanya.
9. periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan cukup tidaknya allowance tersebut.
Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, karena jika allowance terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil (understated), jika allowance terialu kecil berarti laba perusahaan akan overstated.
Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang digunakan klien:
apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit.
apakah berdasarkan analisis umur piutang usaha, apakah berdasarkan persentase tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan klien sudah masuk akal (reasonable) dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.
10. Test sales cut-off.
Pemeriksaan cut-off penjualan sangat penting, untuk menyakinkan auditor bahwa penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk kepentingan proper matching cost against revenue, dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan.
Maksudnya jangan sampai ada penjualan tahun 2010 yang dicatat sebagai penjualan 2011, atau penjualan 2011 yang dicatat sebagai penjualan 2010 (window dressing). Kadang-kadang untuk memperbesar penjualan, supaya target peniualan “kelihatannya” tercapai dan laba “kelihatannya" besar, klien sengaja mencatat penjualan 2011 sebagai penjualan 2010 dan sales commitment yang ditandatangani 2010 dan baru akan direalisasii 2011, dicatat sebagai penjualan 2010.
Bisa juga pada minggu-minggu terakhir tahun 2010 di buat faktur peniualan fiktif yang akan direverse di awal tahun 2011, untuk bisa melaporkan penjualan 2010lebih besar dari yang sebenarnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan jaminan. Piutang bisa dijadik salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements). Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank, bisa dilihat seandainya perusahaan mendapat kredit dari bank dan bentuk jaminannya.
12. Periksa apakah penyajian piutang sesuai dengan standard akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS), dalam hal ini:
Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi harus di laporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha.
Piutang dinyatakan sebesarjumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
Contoh penyajian piutang usaha di laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Di Neraca piutang usaha disajikan sebagai harta lancar (jika jatuh temponya ≤ 1 tahun) atau harta lain-Iain (jika jatuh tempo > 1 tahun).
HARTA LANCAR
Kas dan Setara Kas
Piutang Usaha
Piutang Lain-Iain
Penyisihan Piutang Tak tertagih Piutang Direksi
Piutang Pemegang Saham Piutang Perusahaan Afiliasi

Di Laba Rugi (Komprehensif) piutang tak tertagih disajikan sebagai bad debt expense (bagian dari biaya umum dan administrasi).
Di catatan atas laporan keuangan
Kebijakan Akuntansi:
Perusahaan menggunakan allowance method dalam mencatat piutang usaha yang diperkirakan tidak bisa ditagih, yang jumlahnya didasarkan pada persentase tertenentu dari saldo piutang per tanggal neraca. Piutang usaha dalam valuta asing per tanggal neraca dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca, selisih kurs yang terjadi dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Penjelasan atas pos neraca:
Piutang usaha

Saldo piutang per 31 Desember 2011 dan 2010 terdiri atas:

31/12/2011
31/12/2010

Piutang Penjualan Export
Rp250.000.000
Rp125.000.000

Piutang Penjualan lokal
Rp50.000.000
Rp75.000.000





Jumlah Piutang
Rp300.000.000
Rp200.000.000

-/-Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Rp15.000.000
Rp20.000.000



Rp265.000.000
Rp180.000.000


Biaya penyisihan piutang tak tertagih untuk tahun 2011 dan 2010, masing-masing sebesar Rp 15.000.000 dan Rp 20.000.000.
Rincian piutang penjualan export dan lokal, masing-masing bisa dilihat di Lampiran 2 dan 3 laporan audit kami.







BAB 11 PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA DAN INVESTASI
11.1. SIFAT DAN CONTOH SURAT BERHARGA
11.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) SURAT BERHARGA
11.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA YANG DISARANKAN

11.1. SIFAT DAN CONTOH SURAT BERHARGA
Investasi dalam surat berharga dapat merupakan aset lancar (current assets) atau non current assets tergantung maksud/tujuan dari pembelian surat berharga tersebut.
Kalau surat berharga dibeli dengan tujuan untuk memanfaatkan kelebihan dana yang tersedia, biasanya surat berharga tersebut harus mudah diuangkan dalam waktu singkat dan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai temporary investment atau marketable securities yang merupakan current assets. Misalnya dalam bentuk deposito berjangka (kurang atau sama dengan 1 tahun) dan surat-surat saham atau obligasi yang marketable.
Surat berharga yang digolongkan sebagai long term investment biasanya dibeli dengan tujuan sebagai berikut:
Untuk menguasai manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli (lebih besar atau sama dengan 50% dari saham yang beredar).
Untuk memperoleh pendapatan yang continue (misal dalam bentuk bunga dari pembelian obligasi).
Sebagai sumber penampungan dari penjualan hasil produksi atau sumber pembelian bahan baku.
Menurut PSAK No.1, hal.1.10 (IAl:2002):
Surat berharga diklasifikasikan sebagai aset lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.
Akuntansi untuk investasi menurut PSAK No.13.1 s/d 13.2 dan 13.4 s/d 13 (IAl:2002): Investasi adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividend, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi lancer.
Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif.
Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang aktif darimana suatu nilai pasar (atau beberapa indikator yang memungkinkan nilai pasar dihitung) tersedia.
Untuk investasi yang memiliki pasar yang aktif, nilai pasar digunakan sebagai indikalor penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif, cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar.
Investasi lancar termasuk dalam aset lancar, kenyataan bahwa investasi yang dapat dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi penyajiannya sebagai aset lancar. Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain disamping harga beli, seperti komisi broker, jasa bank dan pungutan oleh bursa efek. Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau surat berharga lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat berharga yang diterbitkan dan bukan nilai nominal atau par value.
SAK ETAP (IAI, 2009: 43,44,46,47,48,49,50,51): mengatur tentang investasi pada etek tertentu sebagai berikut:
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan utang piutang antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek.
Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.
Pada saat perolehan, entitas harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini:
(a) Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity)
(b) Diperdagangkan (trading)
(c) Tersedia untuk dijual (available for sale)
Pada setiap tanggal pelaporan, kelayakan pengelompokan tersebut harus ditelaah utang.
Jika entitas mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam kelompok "dimiliki hingga jatuh tempo" dan disajikan dalam neraca sebesar biaya perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto.
Investasi efek utang yang tidak diklasifikasikan ke dalam "dimiliki hingga jatuh tempo dan efek ekuitas yang nilai wajarnya telah tersedia, harus diklasifikasikan ke dalam salah satu kelompok berikut ini dan diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca:
"diperdagangkan". Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan dalam kelompok "diperdagangkan". "Efek dalam kelompok "diperdagangkan" biasanya menunjukkan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek.
 "tersedia untuk dijual". Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok "diperdagangkan dan dalam kelompok "dimiliki hingga jatuh tempo", harus diklasifikasikan dalam kelompok “tersedia untuk dijual”.
Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek daiam kelompok diperdagangkan harus diakui sebagai penghasilan. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok tersedia untuk dijual (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai aset lancar) harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi. Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividen dan pendapatan bunga, termasuk amortisasi premi dan diskonto yang timbul saat perolehan, diakui sebagai penghasilan.
Untuk efek individual dalam kelompok tersedia untuk dijual atau dimiliki hingga jatuh tempo, entitas harus menentukan apakah penurunan nilai wajar di bawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto) merupakan penurunan yang bersifat permanen atau tidak. Jika ada kemungkinan investor tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah biaya perolehan yang seharusnya diterima sehubungan dengan persyaratan perjanjian efek utang, maka penurunan yang bersifat permanen dianggap telah terjadi. Jika penurunan nilai wajar dinilai sebagai penurunan permanen, biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi sebagai rugi yang telah direalisasi. Biaya perolehan yang baru tidak boleh diubah kembali. Kenaikan selanjutnya dalam nilai wajar efek dalam kelompok tersedia untuk dijual harus dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah, sebagaimana dinyatakan dalam paragraf di atas. Penurunan selanjutnya dari nilai wajar, jika bukan merupakan penurunan nilai sementara, juga harus dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah.
Entitas dengan neraca yang asetnya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, kewajibannya dikelompokkan menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (classified balance sheet) harus melaporkan semua efek yang diperdagangkan sebagai aset lancar. Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aset lancar atau aset tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aset lancar.
Dalam laporan arus kas, arus kas yang digunakan untuk atau berasal dari pembelian, penjualan dan jatuh tempo efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas investasi dan dilaporkan sebesar nilai bruto untuk setiap kelompok efek didalam laporan arus kas. Arus kas untuk atau dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok diperdagangkan harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi.
Untuk efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama efek:
Nilai wajar agregat;
Laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek;
Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek;
Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.
Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun terakhir yang disajikan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat dikelompokkan menurut jangka waktunya sejak tanggal neraca.
Lembaga keuangan harus mengungkapkan nilai wajar dan biaya perolehan efek utang, termasuk diskonto dan premium yang belum diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh tempo berikut ini:
Jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun;
Jatuh tempo dalam waktu antara 1 sampai 5 tahun;
Jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun;
Jatuh tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun.
Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal tertentu, seperti efek yang pembayarannya dijamin hipotek, dapat diungkapkan secara terpisah (tidak dialokasikan kedalam beberapa kelompok jatuh tempo tersebut). Jika penggolongan jatuh temponya dialokasikannya, maka dasar alokasinya harus diungkapkan.
  Untuk setiap periode akuntansi, entitas harus mengungkapkan:
Penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi yang direalisasikan dari penjualan tersebut;
Dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi (misalnya, identifikasi khusus, rata-rata, atau metode lain);
Laba dan rugi yang dimasukkan sebagai penghasilan dari pemindahan pengelompokkan efek dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok diperdagangkan;
Perubahan laba atau rugi pemilikan yang belum direalisasi untuk efek dalam kelompok tersedia untuk dijual yang telah dimasukkan kedalam komponen ekuitas secara terpisah selama periode yang bersangkutan;
Perubahan dalam laba atau rugi pemilikan efek yang belum direalisasi dari efek untuk tujuan diperdagangkan yang telah diakui sebagai penghasilan dalam periode pelaporan.
Untuk setiap penjualan atau transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus diungkapkan:
Jumlah akumulasi amortisasi diskonto atau premium untuk efek yang dijual atau dipindahkan ke kelompok lain.
Laba atau rugi penjualan efek, baik yang telah direalisasi maupun yang belum direalisasi, dan
Kondisi yang mengakibatkan diambilnya keputusan untuk menjual atau memindahkan kelompok efek tersebut.
Selain itu SAK ETAP (IAI, 2009: 58, 59, 60, 61): mengatur tentang investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak sebagai berikut:
Entitas Asosiasi
Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas bukan perseroan terbatas seperti persekutuan, dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun dalam joint venture.
  Entitas anak adalah suatu entitas yang dikendalikan entitas induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut.
Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya pengendalian.
Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang hak suara suatu entitas tetapi memiliki:
Mempunyai hak suara lebih dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan pemegang saham antara lain;
Mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
Mempunyai hak untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas anggota dewan direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut; atau
Mempunyai hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut.
METODE AKUNTANSI
Entitas Asosiasi
Investor harus mengukur investasinya pada entitas asosiasi dengan menggunakan metode biaya (cost method).
Dalam metode biaya, investasi diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai sesuai dengan penurunan nilai aset. Investor harus mengakui dividen dan penerimaan distributor lainnya sebagai penghasilan terlepas apakah hal tersebut berasal dari akumulasi laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal perolehan.
Entitas anak
Investor harus mengukur investasinya pada entitas asosiasi dengan menggunakan metode ekuitas (equity method).
  Dalam metode ekuitas, investasi pada entitas anak awalnya diakui sebagai biaya perolehan (termasuk biaya transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk mencerminkan bagian investor atas laba rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.
Entitas anak tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan investor (sebagai entitas induk).

PENGUNGKAPAN
Investor harus mengungkapkan hal-hal berikut:
Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak;
Jumlah tercatat investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak;
Nilai wajar investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak yang tersedia kuotasi harga yang dipublikasikan
Untuk investasi pada entitas asosiasi, investor harus mengungkapkan jumlah dividen dan penerimaan distribusi lainnya yang diakui sebagai penghasilan.
Untuk investasi pada entitas anak, investor harus mengungkapkan secara terpisah bagiannya atas laba atau rugi atas bagiannya atas operasi yang dihentikan dari entitas anak tersebut.

11.2 TUJUAN PEMERIKASAAN (AUDIT OBJECTIVES) SURAT BERHARGA

Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas temporary dan long term investment.
Untuk memeriksa apakah surat berharga yang tercantum dinerac, betul-betul ada, dimiliki oleh dan atas nama perusahaan (client) per tanggal neraca.

Untuk memeriksa apakah semua pendapatan dan penerimaan yang berasal dari surat berharga tersebut telah dibukukan dan uangnya diterima oleh perusahaan.

Untuk memeriksa apakah penilaian (valuation) dari surat berharga tersebut sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia SAK/ETAP/IFRS.
Untuk memeriksa apakah penyajian didalam laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia SAK/ETAP/IFRS.

11.3 PROSEDUR PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA YANG DISARANKAN

Pelajari dan evaluasi internal control atas temporary & longterm investment.
Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan saldo awal, penambahan, dan pengurangan serta saldo akhirnya.
Periksa fisik dari surat-surat berharga tersebut dan juga pemiliknya (apakah atas nama perusahaan). Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan dengan kas opname. Seandainya surat-surat berharga tersebut disimpan oleh pihak ketiga, harus dikirimkan konfirmasi.

Cocokkan data-data dalam rincian dengan berita acara pemeriksaan fisik surat berharga tersebut.

Periksa mathematical accurancy dari rincian surat berharga.

Cocokkan saldo akhir dari rincian tersebut dengan buku besar.

Lakukan vouching atas pembelian dan penjualan surat berharga, terutama perhatikan otorisasi dan kelengkapan bukti pendukungnya.

Periksa penghitungan bunga dan dividennya dan perhatikan segi perpajakannya. Periksa apakah bunga/dividen yang diterima telah dibukukan semuannya.

Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca. Untuk temporary investment, valuationya adalah mana yang lebih rendah antara harga beli dan harga pasar. Untuk long term investment, valuationnya adalah berdasarkan harga beli kecuali jika tendensi menurunnya harga pasar surat berharga tersebut untuk masa yang cukup panjang.

Adakah diskusi management untuk mengetahui apakah ada perubahan tujuan dari pembelian surat berharga yang akan mempengaruhi klasifikasi dari surat berharga tersebut.

Periksa subsequent events untuk mengetahui apakah ada transaksi sesudah tanggal neraca yang akan mempengaruhi klasifikasi atau disclosure dari surat-surat berharga tersebut, misalnya penjualan long term investment dalam subsequent period.
Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia/SAK/ETAP/IFRS.
Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo temporary and long tem investment yang diperiksa.


***
Gambar dari pixabay
Sumber Referensi: Auditing (Pengunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik) Buku 1 edisi 4: Sukrisno Agoes: Salemba empat


Comments

jesi said…
terima kasih atas materinya. apakah boleh tau referensi materi darimana?
saya ingin melihat contoh tabel exhibit-exhibitnya. terma kasih mohon infonya
Muhammad Parid said…
Sumber Referensi: Auditing (Pengunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik) Buku 1 edisi 4: Sukrisno Agoes: Salemba empat
Unknown said…
Terimakasi sebelumnya.. Saya mau nanyak kalo soal yang 3-8 gak ada iya..?

Contact Form

Name

Email *

Message *

Popular posts from this blog

Analisis SWOT Perusahaan Shopee

Gambaran Umum Perusahaan Shopee adalah platform perdagangan elektronik yang berkantor pusat di Singapura di bawah SEA Group (sebelumnya dikenal sebagai Garena), yang didirikan pada 2009 oleh Forrest Li. Shopee pertama kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015, dan sejak itu memperluas jangkauannya ke Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Karena elemen mobile yang dibangun sesuai konsep perdagangan elektronik global, Shopee menjadi salah satu dari "5 startup e-commerce yang paling disruptif" yang diterbitkan oleh Tech In Asia. Shopee sendiri dipimpin oleh Chris Feng. Chris Feng adalah salah satu mantan pegiat Rocket Internet yang pernah mengepalai Zalora dan Lazada. Pada tahun 2015, Shopee pertamakali diluncurkan di Singapura sebagai pasar mobile-sentris sosial pertama dimana pengguna dapat menjelajahi, berbelanja, dan menjual kapan saja.Terintegrasi dengan dukungan logistik dan pembayaran yang bertujuan untuk membuat belanja online mu

ANALISIS SWOT pada PIZZA HUT

Dok. Pribadi Gambaran Umum   Pizza Hut adalah sebuah restorant berantai dan waralaba franchise makanan internasional yang berpusat di Addison, Texas, USA. Perusahaan ini didirikan tahun 1958 oleh dua mahasiswa, dan Frank Carney dengan meminjam $600 dari ibu mereka  untuk membuka toko pizza kecil di kampung halaman mereka di Wichita, Kansas. Kemudian dibeli oleh PepsiCo, Inc. pada 1977. Hut sekarang ini merupakan restoran pizza terbesar di dunia, dengan hampir 34.000 restoran, kios pengantaran – ambil ke luar di lebih dari 100 negara. Pizza Hut hadir di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1984, dan merupakan restoran pizza pertama di Indonesia. Saat ini, Pizza Hut mudah ditemui di kota – kota besar di seluruh Indonesia.Pemagang hak waralaba tunggal di Indonesia ialah PT Sari Melati. ANALISIS SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi  kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),dan anc

Analisis SWOT Pada PT PERTAMINA (PERSERO)

Analisis SWOT adalah perkembangan hubungan atau interaksi antar unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.  Di dalam penelitian analisis SWOT dapat diperoleh hasil berupa kesimpulan 4 strategi utama yaitu : SO/maxi-mini (Aggressive Strategy) yaitu menggunakan kekuatan internal untuk mengambil kesempatan yang ada di luar. WO/mini -maxi (Turn Around/TA) yaitu menggunakan kesempatan eksternal yang ada untukmemaksimalkankesempatan yang ada. ST/maxi-mini (Diversification Strategy) yaitu menggunakan kekuatan internal untuk menghindari ancaman yang ada di luar. WT/mini-mini (Turn Around ) yaitu meminimalkan kelemahan dan ancaman yang mungkin ada. PT Pertamina adalah perusahaan milik negara (BUMN) terbesar di Indonesia dalam hal pendapatan dan labanya. Perusahaan ini aktif di sektor hulu dan hilir industri minyak dan gas. Sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan energi panas bumi, sementara kegi